RAMBU-RAMBU DALAM
MENYIKAPI PERBEDAAN DIANTARA AHLUS SUNNAH
Adab yang harus diperhatikan
untuk menghadapi perselisihan yang terjadi di antara ahlus sunnah, diantaranya
adalah ;
1.
Niatan yang tulus dan ingin mencari
kebenaran.
Seorang penuntut ilmu seharusnya bersikap obyektif,
ini mudah dalam teori tapi susah dalam praktek. Karena tidak sedikit orang yang
lahiriyahnya seolah mencari kebenaran, tapi sejatinya dia sedang mengajak
kepada dirinya dan syaikhnya.
Mungkin hal ini yang menjadikan sebagian orang ketika
membantah dan berdiskusi tidak bisa ilmiah, namun semata ingin menjatuhkan
lawannya dengan mengangkat masalah pribadi dan menggunakan bahasa celaan.
Hendaklah masing-masing menjadikan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai hakim yang memutuskan diantara mereka.
Alloh berfirman : “Kemudian jika kalian berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al-Qur’an) dan
Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.
An-Nisa’ ; 59)
2.
Bertanya kepada Ulama Ahlus Sunnah.
Alloh berfirman : “Maka tanyakanlah olehmu kepada
orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. An-Anbiya ; 7)
3.
Menghindarkan perselisihan beserta
penyulutnya semampu mungkin.
Hal ini bisa bisa diwujudkan dengan ;
a. Berbaik sangka terhadap Ulama dan para
penuntut ilmu serta mengutamakan Ukhuwah Islamiyah di atas segala kepentingan.
b. Apa yang dinyatakan / keluar dari mereka
atau disandarkan kepada mereka dibawa kepada kemungkinan yang baik.
c. Bila keluar dari mereka sesuatu yang tidak
bisa dibawa kepada penafsiran yang baik maka dicarikan alasan yang tepat. Hal
ini bukan dimaksudkan untuk menyatakan bahwa Ulama itu ma’shum atau tidak bisa
salah, namun sebagai bentuk berbaik sangka kepada Ulama.
d. Koreksi diri serta tidak memberanikan diri
menyalahkan Ulama kecuali setelah penelitian yang mendalam dan kehati-hatian
yang panjang.
e. Membuka dada untuk menerima segala kritikan
dari saudaramu dan menjadikannya sebagai acuan untuk ke depan yang lebih baik.
f. Menjauhkan dari perkara yang bisa
menimbulkan fitnah dan hura-hura.
g. Komitmen dengan adab-adab Islam dalam
memilih kata-kata yang bagus serta menjauhkan kata-kata yang tidak pantas.
(Lihat Adabul Khilaf, Dr. Shalih
bin Abdullah bin Humaid, hal. 44-47 dan An-Nush-hul Amin Asy-Syaikh Muqbil).
Telah terang atas kita
rambu-rambu dalam menyikapi perbedaan di antara ahlus sunnah. Yang tak kalah
pentingnya bahwa kita hendaknya selalu memohon kepada Alloh untuk ditunjuki
kepada kebenaran pada perkara yang diperselisihkan. Kita yakin bahwa kita lemah
dalam segala sisinya, hawa nafsu sering kita kedepankan sehingga jalan
kebenaran seolah tertutup di hadapan kita. Kita menghormati para pendahulu kita
dalam iman dan amal serta mendo’akan kebaikan untuk mereka.
“Wahai, Rabb kami, ampunilah kami
dan saudara-saudara kami yang telah mendahului dengan keimanan, dan janganlah
Engkau jadikan pada hati kami kedengkian kepada orang-orang yang beriman.
Wahai, Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al-Hasyr ; 10).
Wallahu’alam…
Semoga bermanfaat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar...