Senin, 18 Maret 2013

TAHDZIR AL ALLAMAH ROBI' BIN HADI AL MADKHALY HAFIZHAHULLAH TERHADAP YAHYA AL HAJURY HADAHULLAH


kakii

Pada malam Rabu tanggal 1 Jumadil Ula 1434 antara Maghrib dan Isya’ Asy-Syaikh Rabi’ bin Hady Al-Madkhaly berbicara dalam rangka membela al-Haq dan orang-orang yang berpegang teguh dengannya. Beliau mentahdzir Al-Hajury dan para pengikutnya yang mengikuti manhaj Haddadiyah.
  1. Beliau berkata tentang pandangan beliau terhadap Al-Hajury: “Semua Salafiyyun sekarang ini menurutnya mubtadi’, mereka semua mubtadi’, para dai dan para ulama semuanya di bawah kedua kakinya.”
  2. Beliau berkata tentang pengikut Al-Hajury: “Datang kepada kami keluhan-keluhan dari segala penjuru dunia. Seseorang yang baru belajar dua atau tiga hari, sebulan atau dua bulan, dia pergi ke tempat yang jauh, ke Rusia (seraya mengatakan), “Ubaid, Ubaid dan Yahya, Yahya di langit dan Ubaid mubtadi.” Inilah dakwah mereka (di) Inggris, Sudan, Mesir, Turki, Kenya, Libya. Semua negara benar-benar penuh permusuhan terhadap salafiyyun dan dakwah salafiyyah.”
  3. Ketika ada seorang penuntut ilmu berkata kepada beliau (Asy-Syaikh Rabi’): “Wahai Syaikh, nasehatlah dia dan tulislah risalah kepadanya.”Beliau menjawab: “Saya telah menasehatinya, saya telah menasehatinya, saya telah menasehatinya secara langsung. Terkadang nasehat itu berlangsung sampai 2,5 jam, namun dia tidak mau mendengar. Dia berjanji (tidak mengulangi kesalahannya lagi) dan tidak menepati janji, baarakallahu fiikum. Sedangkan murid-muridnya adalah orang-orang yang ghuluw (keterlaluan dan melampaui batas), ghuluw yang tiada bandingannya. Yakni (dengan menggelarinya -pent) imamuts tsaqalain (imam jin dan manusia -pent) dan an-nashihul amin (penasehat yang terpercaya -pent), ghuluw, ghuluw dan ghulu
  4. Beliau juga berkata: “Tidak ada yang lebih sesat dari Yahya…”
  5. Beliau juga berkata: “Para pengikutnya terus mencabik-cabik dakwah di dunia ini.”
  6. Beliau juga berkata: “Kabarkan perkataan ini kepada Al-Hajury dan dia tahu bahwa saya berseberangan dengan tindak tanduknya.”
Transkrip dirangkum dari:
Bukti suara beliau bisa didownload di:
http://goo.gl/8kB5F  atau  http://goo.gl/Ki8nF  (369KB, volume sudah diperbaiki)
Sumber: http://ar.salafishare.com/Hi3 (1,44MB)
Dengan ini, ana Abu Hanun mengikuti fatwa Syaikh Robi' tersebut dan menyampaikan tahdzir ini sebagai peringatan kepada saudara-saudaraku. Tahdzir ini sekaligus meralat nasihat yang sangat berharga dari Al ‘Allamah al Muhaddits Rabi’ bin Hadi al Madkhali kepada anak-anaknya Salafiyyin di Yaman dan selainnya, tentang perselisihan yang terjadi antara dua syaikh: Yahya al Hajuri dan Abdurrahman al ‘Adani pada tanggal 17-4-1429 H (http://abuhanunpelalawanriau.blogspot.com/2013/02/nasihat-asy-syaikh-rabi-ibn-hadi-al_19.html).
Namun perlu diingat, untuk melaksanakan tahdzir tersebut maka kita harus berhati-hati serta harus menerapkan kaidah dan prinsip manhaj salaf sehingga tidak sembrono dan gampang menuduh seseorang yang awam sebagai Hajuriyun Haddadiyun apalagi sikap kita terhadap murid atau pengikut Al-Hajury yang telah tobat.
Manhaj salaf :
1. Jalan kebenaran hanya satu; Al Qur'an dan As Sunnah dengan pemahaman salafussholih.
2. Ilmu paling penting ; ilmu-ilmu Al Qur'an dan Al Hadits dengan penafsiran para sahabat dan tabi'in.
3. Berpegang dengan As Sunnah dan mencintai serta mengamalkannya dalam segi kehidupan jaminan keselamatan dunia dan akhirat.
4. Menjauhkan diri dari bid'ah, membencinya dan membersihkan ilmu dan amal dari kotoran bid'ah dan membenci ahlul bid'ah pagar melindungi sunnah dan pengamalannya.
5. Ahlul bid'ah; orang-orang yang menampakan sesuatu dalam agama yang tidak ada contoh dari orang sebelumnya melakukan hal itu dan tidak ada sandaran (dalil)nya. 
Ahlus sunnah; orang yang membela sunnah dan mengambil hukum sesuai dengannya dan berupaya melindunginya dari kerusakan.
Orang awam; mereka yang hanya mengikuti ulama mereka karena ulama mereka mewajibkan untuk mengikuti apa saja yang ditetapkan bagi mereka.
6. Mengkritik, menyalahkan dan membicarakan penyimpangan ulama ahlus sunnah harus dengan bimbingan ulama pula.
7. Mengambil ilmu dan riwayat dari ahlul bid'ah tugas para ulama dan bukan tugas orang awam atau orang yang baru belajar agama.
8. Mencintai atau membela atau memuliakan ahlul bid'ah adalah penyimpangan manhaj. 

Dapat disimpulkan bahwa ahlul bid’ah terdiri dari 2 golongan, yaitu:
a. Tokoh-tokoh yang membangun pola pikir bid’ah dan para ilmuwan yang membela bid’ah tersebut.
b. Orang awam yang membela bid’ah secara membabi buta tanpa melihat kebenaran. 
Terhadap golongan kedua ini harus disampaikan ilmu dan hujjah dengan sabar dan lengkap, barulah kemudian diyakini bahwa orang tersebut adalah ahlul bid’ah atau bukan. 

Kutipan nasehat Asy Syaikh Abu Abdillah Kholid Adh Dhohawi Adh Dhufairi-Kuwait: 
"Sungguh, kebenaran tidak diambil dari para tokoh, tetapi para tokoh itu yang diukur dengan kebenaran. Menghukumi suatu masalah dengan melihat kenyataan.... 
Kritikan yang terperinci lebih didahulukan dari pada pujian secara umum.... 
Orang yang mengetahui lebih didahulukan ucapannya dari pada yang tidak mengetahui....
Termasuk faktor utama terwujudnya persatuan adalah memutuskan sebab-sebab perpecahan. Dan termasuk dari sebab munculnya perpecahan adalah penyimpangan, kebid'ahan, dan fanatisme golongan....
Dengan ini barang siapa yang datang kepada kita dengan fanatisme golongan maka dialah yang menyebabkan perpecahan dan memecah belah salafiyyin. Sedangkan tahdzir dari salafiyyin dalam hal ini hukumnya wajib ! Bahkan tahdzir adalah termasuk sebab bersatunya manusia di atas kebenaran. Maka termasuk sebab terbentuknya persatuan adalah dengan mentahdzir orang-orang yang menyimpang dan mentahdzir ahlul bid'ah." Selesai. 


Artikel terkait: 
Waspadai Manhaj Haddadiyyah

Selasa, 19 Februari 2013

Nasihat asy Syaikh Rabi’ ibn Hadi al Madkhali kepada Anak-anaknya Salafiyyin di Yaman dan Selainnya


Nasihat asy Syaikh Rabi’ ibn Hadi al Madkhali kepada Anak-anaknya Salafiyyin di Yaman dan Selainnya

 13 AUGUST 2008 M | 10 SHABAN 1429 H 1,338 VIEWS 0 TANGGAPANPrint PRINT Email  EMAIL
القول المبين في نصيحة الشيخ ربيع للإخوة اليمنيين
Nasihat yang sangat berharga dari Al ‘Allamah al Muhaddits Rabi’ bin Hadi al Madkhali kepada anak-anaknya Salafiyyin di Yaman dan selainnya, tentang perselisihan yang terjadi antara dua syaikh : Yahya al Hajuri dan Abdurrahman al ‘Adani
Tanggal nasehat : 17-4-1429 H
Ditranskrip oleh : Abdul Wahid bin Hadi Al-Madkhali
Diterjemahkan oleh : Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi
Muqaddimah
بسم الله الرحمن الرحيم
إنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نحمده ونَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِالله مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا ومن سَيئات أعمَالنا مَنْ يَهْدِه اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وحدَهُ لا شريكَ لهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ } .(1)
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً }(2).
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا}(3) .
Amma ba’du:
Ini adalah nasehat penting yang sangat berharga dari Syaikh kami Al-Allamah Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali -semoga Allah memberi taufiq kepada beliau dan mengangkat kedudukannya di dua tempat (dunia dan akhirat) – beliau tujukan kepada anak-anak beliau dari salafiyyin terkhusus permasalahan yang terjadi di Yaman. Beliau menyampaikannya di hadapan beberapa salafiyyin dari Yaman di rumah beliau di Makkah, setelah Maghrib hari Rabu tanggal 17-4 1429 H.(4)
Syaikh hafidzahullah tidak memiliki semangat untuk memberi nasehat ini, melainkan setelah beliau melihat menyebarnya fitnah ini, pengaruhnya yang buruk dan tanpa ada keterangan yang jelas pada sebagian para pemuda.(5)
Dan Syaikh Rabi’ sejak sebelumnya dan masih terus dalam memberi nasehat di berbagai majelis dan pelajaran beliau dan berijtima’ dengan para ulama dari Yaman serta juga percakapan lewat telepon dan yang lainnya.(6) Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberi manfaat nasehat ini kepada salafiyyin, di setiap tempat yang sampai kepada mereka nasehat-nasehat yang mulia dan berharga ini. Agar telinga yang menyimaknya dan akal cemerlang yang berfikir. Walhamdulillahi rabbil alamin.
Abdul Wahid bin Hadi Al-Madkhali
Madinah Nabawiyyah, 26-4-1429 H
Berkata Syekh Rabi’ –semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaganya:
Alhamdulillah, shalawat dan salam buat Rasulullah, keluarganya dan yang mengikuti bimbingannya.
Amma ba’du:
Wahai orang-orang yang aku cintai, para penuntut ilmu,murid-murid syaikh Muqbil di Yaman dan di setiap tempat, bersyukurlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas apa yang telah diberikan kepada kalian dari berbagai kenikmatan. Yaitu dengan mengenal madzhab Salafus Shalih yang merupakan pancaran dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam. Bersyukurlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas hal ini, dan atas dakwah kalian yang agung yang telah menerangi negeri Yaman, yang menghancurkan gelapnya kejahilan, syirik, khurafat dan Rafidhah.
Kalian demi Allah dalam kenikmatan yang besar, musuh-musuh kalian merasa dengki terhadap kalian – dengan kedengkian yang sangat – dan menunggu adanya petaka yang akan menimpa kalian, mereka senang dengan adanya perselisihan dan fitnah ini. Maka barangsiapa yang menghormati dakwah ini, dan ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka hendaklah memelihara dakwah ini, yaitu dengan menyatukan kalimat dan meninggalkan perpecahan, karena sesungguhnya perselisihan itu merupakan kejahatan.
وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
“Dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu “ (QS.Al-Anfaal:46)
Yang dimaksud “riihukum” adalah kekuatan kalian.
Dakwah kalian kuat, namun dengan perselisihan ini menyebabkan kelemahan dan kegagalan!!
Fitnah itu – sebagaimana yang dikatakan – berkata Sufyan bin Uyainah dari Khalaf bin Hausyab bahwasanya mereka disaat fitnah, mereka mempermisalkannya dengan bait-bait sya’ir ini:
Peperangan itu disaat usianya masih muda
Dengan hiasannya dia berlari kepada setiap yang jahil
Sehingga tatkala berkobar dan apinya menyala-nyala
Maka dia menjadi nenek tua yang tidak seorangpun mau menikah dengannya
Rambut hitam telah bercampur uban, warna kulit indah berubah keriput
Yang dibenci untuk dicium dan dikecup (7)
Peperangan (fitnah) itu pada saat pertama kali –masya Allah- setan bersama dengan setan-setan manusia menghiasinya untuk orang-orang bodoh, sehingga mereka terjatuh ke dalamnya. Maka jika telah menyala dan berkobar apinya, maka jelaslah bagi mereka dampak yang buruk terhadap fitnah ini.
Orang yang berakal dapat mengetahui fitnah ketika ia datang, sedangkan orang tidak berakal tidak mengetahui fitnah melainkan setelah berlalu. Saya berharap kalian di sini dan di Yaman seluruhnya menjadi orang-orang yang berakal, dan menjadi orang berakal yang paling mulia. Saya berharap kalian berada di tingkatan yang agung ini. Jangan kalian bersegera menuju fitnah, lalu kalian menyalakannya dan kalian tumpahkan bensin di atasnya –sebagaimana kata orang-, api membutuhkan air untuk memadamkannya. Adapun dengan bensin, maka semakin mengobarkannya –demi Allah-, membicarakannya, –demi Allah- merupakan bensin dan bahan bakar fitnah ini.
Maka aku menasehati kalian dengan menjaga lisan-lisan kalian dari turut campur ke dalam fitnah ini. Dan hendaklah kalian bersaudara diantara kalian. Dan siapa yang muncul diantara mereka sikap saling menjauhi, maka hendaklah mereka kembali kepada kebenaran. Syaikh Yahya termasuk orang yang paling afdhal dan memiliki kekuatan besar dan Syaikh Abdurrahman termasuk orang yang paling afdhal dan memiliki kekuatan besar. Dakwah Salafiyyah membutuhkan lebih dan lebih banyak lagi dari jumlah ini, membutuhkan pusat-pusat dakwah (markaz), butuh dakwah dan para da’i , dan seterusnya. Yaman yang berjumlah lebih dari 20 juta manusia membutuhkan –demi Allah- ratusan ribu para da’i -semoga Allah memberkati kalian-.
Sekarang dua orang saling membenci!, tidak sepantasnya! Yang menjadi penyebabnya adalah ikut campurnya para ahli fitnah untuk menyalakan api fitnah ini. Fahamilah akan hal ini –barakallahu fiikum (semoga Allah memberkati kalian).
Suatu ketika Syaikh Muqbil meneleponku, beliau berkata: “Telah sampai berita kepadaku bahwa engkau berkata di halaqah-halaqah kami ada hizbiyyun!,” Maka saya menjawab: “Saya tidak mengingat kalau saya mengatakan itu, namun saya ingin mengatakan kepadamu sekarang, iya!” Saya menekankan hal ini kepada engkau, bahwa sesungguhnya ahli fitnah mereka menempatkan teman dekat bagi setiap orang penting. Mereka menempatkan teman dekat untuk syaikh Al-Albani, teman dekat untuk syaikh Bin Baaz, teman dekat untuk para tokoh dan penguasa. Setiap ‘alim mereka menempatkan teman dekat, dengan tujuan agar mereka dapat mencapai tujuannya – melalui teman-teman dekat ini -. Kita tidak aman dari adanya penyusupan –wahai para ikhwah- walaupun berjumlah dua atau tiga di setiap front, dua atau tiga orang dari ahli fitnah yang disusupkan. Penghuni (markaz) Dammaj adalah orang-orang mulia, punya keutamaan, mereka Ahlus Sunnah. Ikhwan kalian di Yaman selatan juga mulia dan mereka Ahlus Sunnah. Namun kita tidak merasa aman bahwa disana ada yang disusupkan dari kalangan musuh, walaupun mereka berjumlah sedikit. Kita tidak menganggap itu mustahil, tidak ada yang menganggap hal ini mustahil kecuali orang yang tidak mengetahui sejarah Islam. Telah menyusup beberapa orang munafik di masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan mereka berjumlah sedikit! Pada perang Uhud, Abdullah bin Ubay memisahkan diri bersama dengan 300 orang dari seribu (pasukan).(8)
Dammaj yang didalamnya berjumlah lima ribu. Enam ribu, semuanya selamat tanpa ada penyusupan??! Tentu ada penyusupan ! Demi Allah, mereka menyalakan dan mengobarkan api fitnah, di Yaman selatan (maksud beliau, yang bersama Syekh Abdurrahman) juga terdapat orang-orang yang disusupkan, dua atau tiga, kita tidak menghukumi atas seluruh ikhwan kita. Barakallahu fiikum.
Boleh jadi terdapat orang-orang yang disusupkan dari jama’ah Al-Ikhwan al-muslimun, atau dari jama’ah Abul Hasan (Abul Hasan al Ma’ribi, red), atau dari selain mereka dari jama’ah Al-Hikmah (cabang organisasi Ihya’ Turats di Yaman, pent), atau dari selain mereka –barakallahu fiikum- maka berhati-hatilah dari perkara-perkara ini.
Didalam pasukan Ali bin Abi Thalib pernah terdapat beberapa orang yang disusupkan –barakallahu fiikum- , mereka yang mengobarkan api fitnah dan menimbulkan pergolakan diantara para ikhwah dengan Ali radhiyallahu ‘anhu ,dan bersama mereka sekelompok dari para sahabat dari satu arah, dan antara Zubair dan Thalhah radhiyallahu ‘anhuma dari arah yang lain –barakallahu fiikum-.(9)
Kalian tahu? Itu di masa kejayaan (Islam)! Pada permulaan dakwah Salafiyyah. Lalu bagaimana dengan sekarang, mungkinkah kita merasa aman dari menyusupnya musuh-musuh, dari kalangan orang yang hendak memecah-belah kita ke dalam barisan-barisan kita?!! Barakallahu fiikum.
Wahai saudara-saudaraku!, yang mencintai dan menghormati dakwah ini, yang menginginkan dakwah ini nampak dan berjaya, maka hendaklah dia senantiasa diam serta menasehati orang yang berbicara dan jangan dia mengikuti fitnah ini. Saudara-saudara kalian dan syaikh Yahya termasuk diantara Ulama yang mulia, mereka memiliki keistimewaan yang – demi Allah – tidak ditemukan di dunia. Mereka belajar bukan karena mendapatkan ijazah, mereka mengajar bukan karena harta. Dimana sekarang di Emirat, di kerajaan (Arab Saudi), mungkin ada seorang ustadz yang lemah (ilmunya), bisa mendapatkan 20 ribu, atau 30 ribu. Sedangkan mereka ini, tidak memperoleh apapun, tidak dari penguasa, tidak pula dari yang lainnya. Mereka mengajar karena Allah, mereka mendidik semata-mata karena wajah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hal ini – demi Allah – merupakan keistimewaan bagi kalian dan bagi dakwah kalian, maka muliakanlah kenikmatan ini, dan berupayalah agar tetap kokoh, barakallahu fiikum.
Dan kami meminta dari para masyayikh di Yaman agar mereka berupaya dan bersungguh-sungguh untuk memadamkan fitnah ini. Dan saya mengarahkan harapanku kepada masing-masing pihak (yang bertikai), syaikh Yahya dan syaikh Abdurrahman – serta yang bersama keduanya dari yang terjadi perselisihan diantara mereka – aku mengarahkan harapanku bersama dengan harapan kalian:
1) Agar mereka diam dari saling membicarakan antara satu dengan yang lain
2) Agar hendaknya mereka menghapus makalah-makalah mereka di berbagai situs-situs (internet), menghapus semua makalah terkait dan menahan lisan-lisan mereka.
3) Agar mereka membakar selebaran-selebaran terkait yang silih berganti (saling berbantahan).
Agar perkara-perkara ini kembali berjalan seperti semula, minimal sebagai langkah pertama yang utama sekarang ini adalah diam, dari masing-masing pihak. Serta menjauhkan makalah-makalah yang ada ini, yang turut mengobarkan api fitnah di berbagai situs (internet), baik di situs Syihr dan situs Syekh Yahya dan situs lainnya.
Saya berharap harapan dan permintaan ini bisa tercapai. Barakallahu fiikum.
Walhamdulillah, disana terdapat para ulama yang berakal yang telah berusaha untuk memadamkan fitnah ini. Maka tidak sepantasnya bagi orang-orang kecil (kalangan bawah) saling melakukan pergolakan dan saling berselisih. Yang ini condong kepada fulan, yang satu condong kepada yang lain, ini merupakan cara-cara ahli bid’ah, wahai para ikhwah!!!, Mereka orang-orang yang tidak punya akal, yang tidak bisa membedakan, tidak memiliki kaidah dan prinsip. Sementara kalian punya prinsip dan kaidah – yang kalian bersandar kepadanya – terkhusus dalam menghadapi fitnah ini. Barakallahu fiikum.
Aku wasiatkan kalian agar bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan bersungguh-sungguh untuk memadamkan fitnah ini:
Pertama: Tidak ikut campur dalam fitnah tersebut
Kedua: Siapa yang punya akal dan pandangan, maka hendaklah dia mengutarakan pandangannya dalam meredam fitnah ini dengan diam, -barakallahu fiik- serta mewujudkan permintaan yang kami sebutkan dari ikhwan kita di Yaman. Pertama kali adalah dia, jangan seorangpun yang berbicara tentangnya. Sebab mereka bukan ahli bid’ah, demi Allah kalaulah sekiranya salah satu dari mereka ahli bid’ah , maka pasti kami sudah mengangkat suara kami untuknya dan kami jelaskan bid’ahnya. Akan tetapi tidak seorangpun dari mereka yang ahli bid’ah. Tidak seorang dari mereka yang menyeru kepada bid’ah, sama sekali tidak ada.
Diantara mereka ada tujuan-tujuan pribadi –wallahu a’lam- yang dinyalakan oleh para penyusup dari sana-sini, walaupun jumlah mereka sedikit. Barakallahu fiikum, mereka semua salafiyyun, mereka semua orang-orang mulia, mereka semua insya Allah para mujahid, barakallahu fiikum.
Tidak ada yang paling disenangi syetan daripada perselisihan, tidak ada yang paling dia senangi daripada perselisihan. (firman-Nya):
وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُواْ الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS.Al-Isra’:53)
Aku berharap kepada kalian – wahai para ikhwah – jika diantara kalian terjadi berbagai perselisihan, maka saling berjabatan tanganlah sekarang, dari sekarang. Kalian berjanji kepada Allah bahwa kalian tidak turut andil dalam fitnah ini, kecuali yang akan memadamkannya dan yang menyelesaikannya. Ini adalah kewajiban mereka, wahai ikhwah.
Apakah kalian menyangka bahwa disana ada bid’ah, yang menyebabkan mereka berseteru padanya ?!, Ini ahli bid’ah dan ini..?! Sama sekali tidak ! Ada sebagian orang yang telah menulis beberapa hal – yang kami memandang – bahwa itu merupakan kekeliruan, barakallahu fiikum.
Jangan sampai kita terseret dan terbawa di belakang isu ini dan itu, dan yang semisalnya, sehingga kita menjadi rugi atas dakwah yang agung ini – yang dengannya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberikan keistimewaan kepada kalian -. Berikanlah pujian hanya untuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas nikmat ini dan bersyukurlah kepadanya, dan peliharalah nikmat ini, tugas kalian dalam perkara ini adalah berupaya untuk memadamkan fitnah ini.
Pertama, kalian disini di kerajaan (Arab Saudi) jangan ada seseorang yang berselisih dengan yang lain. Dan ikhwan kalian di Yaman, kami mengharapkan dari para masyayikh yang senior untuk berupaya memadamkan fitnah ini.
Kami berharap dari masing-masing pihak agar mereka diam, dan mengakhiri pembicaraan yang silih berganti di berbagai situs-situs (internet) yang menyebabkan musuh-musuh kalian bersorak atas kalian, dakwah kalian, dan dakwah kita semuanya. Walhamdulillah, ini adalah dakwah milik semua dan itu menggembirakan mereka. Demi Allah tidak ada yang paling menggembirakan mereka, melainkan seperti pergolakan yang terjadi dari dalam (Ahlus Sunnah). Mereka tidaklah mampu untuk memecah-belah barisan, mereka tidak mampu kecuali dengan penyusupan saja, dengan menyusupkan sebagian orang-orang durhaka, -barakallahu fiikum-. Adapun jika mereka datang dan hendak memecah-belah begitu saja dan menghantam dakwah salafiyyah, mereka tidak akan mampu. Namun manakala hantaman tersebut berasal dari dalam, demi Allah ini adalah yang paling berbahaya.
Maka aku – wahai para ikhwah- , aku ulangi dan terus mengulangi harapanku kepada seluruhnya, untuk bersungguh-sungguh dalam memadamkan fitnah ini, saling bersaudara dan saling melekat diantara kalian, baik di sini maupun di Yaman. Barangsiapa yang telah berbuat buruk kepada saudaranya, maka hendaklah dia meminta untuk dihalalkan, jangan sampai ada rasa malu dan yang lainnya untuk meminta dihalalkan. Karena sesungguhnya hal itu –demi Allah- merupakan kemuliaan yang sangat agung dan sikap rendah diri, serta merupakan bukti dan petunjuk yang menjelaskan bahwa yang terjatuh dalam kesalahan ini senantiasa cinta kebenaran, dan bahwa dia seorang salafy secara benar dan di atas hakekatnya.
Aku memohon kepada Allah agar meredakan fitnah ini, dan hendaklah kalian berserah diri dengan memohon kepada Allah agar meredakan fitnah ini. Dan turut-sertalah kalian – wahai para ikhwah – dan beri masukan dalam rangka meredakannya seperti yang telah aku sebutkan kepada kalian.
Semoga Allah membenarkan langkah kalian, dan memberikan berkah kepada kalian dan menyatukan hati para ikhwah semuanya. Sesungguhnya Rabb kami Maha Mendengarkan Do’a. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi kita Muhammad, keluarganya dan para shahabatnya. Semoga Allah memberkati kalian dan menjaga kami dan kalian.
Salah seorang hadirin berkata: “Apakah ada yang punya problem (untuk ditanyakan) ?”
Berkata Syaikh Rabi’: “Tidak ada problem, pembicaraan dan tidak pula pertanyaan. Redakanlah, tidak ada tanya jawab. Sekarang jadikan tujuan, arah dan kesibukan kalian adalah memadamkan fitnah ini. Itu saja, pembicaraan akan menyulut. Jangan kalian berbicara –barakallahu fiikum- jangan kalian fanatik terhadap pihak ini, dan tidak pula pihak itu, mereka semua adalah saudara kalian. Mereka semua berada diatas aqidah dan manhaj yang satu, walhamdulillah. Mereka memberi pengaruh yang besar –segala puji milik Allah- dalam memberi pertolongan dan menyebarkan dakwah ini. Semoga Allah memberi taufik kepada semuanya.
Aku pernah mengatakan kepada Syaikh Muqbil dalam satu kesempatan, tatkala pernah ada ancaman dari negara-negara Teluk bahwa mereka akan berupaya memecah-belah antara syaikh Rabi’ dan syaikh Muqbil, telah sampai kepadaku ucapan ini. Maka akupun menelepon syaikh Muqbil, lalu aku berkata: “Telah sampai kepadaku berita bahwa disana ada orang yang hendak memecah-belah antara kami dan kalian.” Maka beliau mengatakan kepadaku: “Kalaulah sekiranya gunung-gunung itu saling menanduk, tidak akan memudlaratkan kita sedikitpun, dan hal ini tidak akan terjadi sedikitpun.”
Maka akupun menghendaki dari kalian seperti ini, seperti tokoh besar yang mengucapkan perkataan ini. Yang menjulurkan telinganya mendengar pembicaraan, demi Allah dia akan masuk ke dalam fitnah. -barakallahu fiikum-. Orang yang mengirimkan kepada kalian suatu pembicaraan dari Yaman bahwa begini dan begitu, maka kalian katakan kepadanya: “Ya akhi, kami berharap engkau menahan lisanmu baik di Yaman maupun di sini, barakallahu fiikum, semoga Allah memberi taufiq kepada semua.”
Jika kalian menghendaki kebenaran dan jalan yang benar untuk menyelesaikan permasalahan ini, maka ini adalah pandanganku dan cara yang benar untuk menyelesaikan berbagai perselisihan dan meredam fitnah ini, dan para masyaikh, insya Allah mereka akan sekuat tenaga untuk meredamnya , insya Allah.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ألا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
Jika kalian punya pertanyaan selain permasalahan ini, maka biarkanlah terlebih dahulu, agar tidak keburukan diantara kalian dengan hal-hal ini. Tebarkanlah salam diantara kalian dimanapun kalian bertemu, saling merahmati dan mengasihi –barakallahu fiikum-.
Selesai dari ucapan syaikh Rabi’ –semoga Allah memelihara dan menjaga beliau-.
Footnote :
1. Ali Imran:102
2. An-Nisaa:1
3. Al-Ahzab:76
4. Aku telah mengirimkan naskah ini kepada syaikh Rabi’ berupa transkrip dari kaset, lalu beliau membenarkan sedikit dari apa yang menurut beliau layak, lalu beliau mengizinkan kepadaku untuk menyebarkannya.
5.Saya ingin menyebutkan kepadamu sesuatu yang mungkin dapat kalian gambarkan tentang apa yang terjadi di medan dakwah berupa hasil dari fitnah ini dari beberapa sikap yang aku dapati. Saya mengingat di musim haji tahun lalu, saya berada di dekat syaikh Rabi’di rumah beliau, di maktabah. Datang salah seorang penuntut ilmu di negeri Yaman –seseorang yang juga ikut andil dalam berdakwah dan memiliki murid-murid- beliau bertanya kepada syaikh dengan adab beberapa pertanyaan. Kemudian ia bertanya kepada syaikh tentang sikap beliau, jika datang kepada beliau beberapa anak muda dan mereka mengatakan kepadanya: engkau harus menentukan sikapmu, apakah engkau bersama Al-Hajuri atau bersama Al-Adani?! Maka syaikh Rabi’ menjawab: “Katakan kepada mereka : “mereka semua adalah para ikhwah, kami bersama semuanya,kalian jangan memecah belah”. Maka senanglah penanya ini dan beliau mendoakan kebaikan untuk syaikh. Kemudian salah seorang ikhwah dari Emirat berkata: “Kami juga di Emirat terjadi ucapan seperti ini, dan mereka mengatakan: kalian harus menentukan sikap! Apakah bersama Al-Hajuri atau bersama Al-‘Adani?.”
Demikian pula salah seorang ikhwan dari Yaman yang bekerja di salah satu perusahaan dan tinggal dekat dari tempatku dan shalat di masjidku di Madinah. Ia bertanya kepadaku tentang bagaimana menyikapi permasalahan yang terjadi, maka aku jelaskan kepadanya apa yang aku ketahui dari perkataan syaikh Rabi’ dan apa yang dituliskan oleh para masyayikh di Yaman dalam penjelasan mereka. Setelah ijtima’ bersama syaikh Rabi’ pada musim haji tahun 1428 H. Kebanyakan dari sikap yang terjadi di berbagai tempat yang menunjukkan dampak perpecahan yang terjadi disebabkan fitnah ini. Semoga Allah memelihara Ahlus Sunnah dari kejahatan berbagai fitnah.
6. Dan aku sertakan salah satu penjelasan yang ada yang menjelaskan usaha syaikh Rabi’ dan para ulama Yaman dalam memadamkan fitnah ini, sebagaimana yang anda lihat pada tambahan bagian akhir dari nasehat ini.
7. Dikeluarkan Imam Bukhari dalam shahihnya, kitabul Fitan, bab: Al-Fitnah allati tamuju kamaujil bahr dan berkata Ibnu Uyainah…kemudian menyebutkan yang semisalnya. Berkata Al-Imam Al-Albani: (pengarang kitab (Bukhari) menyambung sanadnya dalam “Tarikh Shagir” dengan sanad yang shahih darinya. Mukhtashar Shahih Bukhari, karya Al-Albani: 4-276.
8. Asal kisah ini muttafaq ‘alaihi, telah dikeluarkan Bukhari dalam kitab Al-Maghazi dalam shahihnya, bab: Perang Uhud: hadits no: 4050. Dan Muslim dalam shahihnya, kitab: Sifaat al-Munafiqin dan hukum-hukum tentang mereka, no:2776. Dengan lafadz riwayat Bukhari : dari Zaid bin Tsabit Radhiallahu ‘anhu berkata : “Tatkala Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam keluar menuju Uhud, beberapa orang kembali dari orang-orang yang tadinya keluar bersama beliau, sehingga para sahabat Nabi terpecah menjadi dua. Satu kelompok mengatakan: “Kita perangi mereka”, sedangkan kelompok lain berkata: “Kita jangan perangi mereka.” Maka turunlah firman-Nya:
فَمَا لَكُمْ فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ وَاللّهُ أَرْكَسَهُم بِمَا كَسَبُواْ
“Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah Telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ? “ (QS.An-Nisaa:88)
Beliau bersabda: “Sesungguhnya kota Madinah itu thaybah, ia memisahkan dosa sebagaimana api yang memisahkan dari kotoran perak.”
Berkata Ibnu Hajar : perkataannya : “beberapa orang kembali dari orang-orang yang keluar bersamanya”, yaitu Abdullah bin Ubay dan para sahabatnya, telah disebutkan hal itu dengan jelas dalam riwayat Musa bin ‘Uqbah dalam “Al-maghazi”. Sebelumnya Abdullah bin Ubay, pendapat beliau sepakat dengan pendapat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk tetap tinggal di Madinah. Maka tatkala yang lain memberi isyarat untuk keluar, lalu disetujui oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu beliau keluar. Maka Abdullah bin Ubay berkata kepada para sahabatnya: “Dia telah taat kepada mereka dan menyelisihi aku, dengan dasar apa kita membunuh diri-diri kita?”, maka kembali sepertiga pasukan. Ibnu Ishaq berkata dalam riwayatnya: Abdullah bin Amr bin Haram, ayah Jabir adalah seorang yang berasal dari Bani Khazraj seperti Abdullah bin Ubay, beliau mengingatkan mereka yang agar kembali, namun mereka enggan, maka beliau berkata: “semoga Allah menjauhkan kalian.”
Perkataannya: “Para sahabat Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam terbagi menjadi dua”, maknanya adalah dalam menghukumi mereka yang kembali bersama Abdullah bin Ubay. Selesai (Fathul Bari:7/356)
9.Dan disana ada beberapa dalil yang menunjukkan adanya para penyusup diantara mereka pada saat itu, sebagai contoh apa yang disebutkan Al-Hafidz Ibnu Hajar tentang kisah terbunuhnya Zubair bin Awwam Radhiallahu ‘anhu, dimana beliau mengatakan: “Terbunuhnya Zubair pada bulan Rajab, tahun 36 H. Dia kembali dari kejadian perang Jamal dengan tujuan untuk meninggalkan peperangan, lalu beliau dibunuh oleh Amr bin Jurmuz secara senyap. Lalu dia datang kepada Ali dengan tujuan pendekatan diri kepadanya dengan kejadian itu, maka Ali radhiyallahu ‘anhu memberikan kabar berita kepadanya akan ancaman masuk Neraka. ” Dikeluarkan oleh Ahmad, Tirmidzi dan selain keduanya,dan dishahihkan oleh Al-Hakim dari berbagai jalan yang sebagiannya marfu’. (Al-Fath:7/82)
Demikian pula telah tsabit bahwa Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu terbunuh dengan anak panah dari dalam pasukan beliau sendiri. Namun disana ada beberapa yang butuh pengecekan padanya, silahkan melihat –jika engkau ingin- dalam kitab yang berharga “Khilafah Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu, Dirasah naqdiyyah lir-riwaayaat, min khilaali kutub as-sunnah wat-taarikh”, karya doktor Abdul Hamid bin Asy-syekh Ali bin Nashir Faqihi, maktabah Rusyd.
Dan sudah menjadi hal yang diketahui bahwa para pembunuh Utsman radhiyallahu ‘anhu mereka menyusup ke dalam pasukan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu .
Mungkin cukup bagi kita menyebutkan apa yang dinukil oleh Muhibbuddin Al-Khathib dalam tahqiq beliau terhadap kitab “Al-‘Awashim minal Qawashim fii tahqiiq mawaqif ash-shahaabah ba’da wafaat an-nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam “, karya Al-Qadhi Abu Bakar Al-Arabi, dimana beliau mengatakan: “Seorang sahabat yang mulia Al-Qa’qa’ bin Amr At-Tamimi telah berdiri diantara dua kelompok sebagai perantara yang bijak dan berakal, maka pasukan Jamalpun menurutinya. Ali radhiyallahu ‘anhu juga menyetujuinya. Lalu Ali mengutus kepada Thalhah dan Zubair dan mengatakan: “Jika kalian setuju dengan apa yang menjadi ketetapan Qa’qa’ bin Amr, maka tahanlah diri kalian hingga melihat dan memandang perkara ini”. Maka keduanya-pun mengirim utusan kepada Ali dan mengatakan : “Sesungguhnya kami setuju di atas apa yang menjadi keputusan Qa’qa’ bin Amr berupa perdamaian diantara manusia.”
Berkata Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam kitabnya “Al-Bidayah wan-Nihayah” (7/239),:” maka tenanglah jiwa-jiwa dan merasa tentram,dan setiap kelompok berkumpul bersama sahabatnya dari dua pasukan. Dikala sore hari, Ali mengutus Abdullah bin Abbas kepada mereka, sedangkan mereka mengutus Muhammad bin Thalhah As-Sajjad kepada Ali, dan mereka semua bersandar kepada perdamaian. Mereka tidur dimalam hari dengan tidur yang mereka belum pernah merasakan ketenangan yang semisalnya. Sedangkan orang-orang yang terlibat dalam perkara Utsman bermalam dalam keburukan, mereka telah mendekati kebinasan. Sehingga mereka menjadi semalam suntuk mereka untuk bermusyawarah, sampai mereka sepakat untuk mengobarkan peperangan secara rahasia. Mereka menyembunyikan hal tersebut karena khawatir akan tercium apa yang akan mereka upayakan dari kejahatan. Mereka pun keluar di kegelapan Subuh dan orang-orang dekatnya tidak merasakan apa yang mereka lakukan. Dan merekapun menyelinap untuk melakukannya. (lihat tempat tersebut di tarikh Ibnu Katsir dan tarikh Ath-Thabari:5/202-203, Minhajus Sunnah :2/185 dan 3/225 dan 341 dan Al Muntaqa karya Adz-Dzahabi: 223 dan 404).
Demikianlah mereka menyulut api peperangan antara Ali dan dua saudaranya Thalhah dan Zubair. Maka pasukan Jamal menyangka bahwa Ali telah mengkhianati perjanjian dengan mereka . Sementara Ali juga menyangka bahwa saudara-saudaranya telah mengkhianatinya, dan semua mereka lebih takut kepada Allah dari melakukan hal tersebut di zaman jahiliyyah, maka bagaimana mungkin mereka melakukannya setelah mereka mencapai kedudukan yang tinggi dari berakhlaq dengan Al-Qur’an. Selesai dari kitab: Al-Awashim minal Qawashim karya Al-Qadhi Abu Bakar Al-Arabi: 156-157.
Lampiran:
Penjelasan hasil ijtima’ para Ulama di Yaman di Hudaidah, pada tanggal 5-1-1429 H
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وصلى الله على محمد وعلى آله وسلم,وبعد:
Sesungguhnya telah terdahului keluarnya penjelasan para masyayikh Ahlus Sunnah di Ma’bar pada tanggal 12-4-1428 H.
Terkhusus perkara yang menyangkut dua syekh: Yahya bin Ali Al-Hajuri dan Abdurrahman Al-Adani, dan pada penjelasan tersebut terdapat kebaikan yang banyak, dan nasehat para masyayikh untuk masing-masing pihak.
Dan memandang kepada munculnya hal-hal yang baru dalam perkara ini setelah keluarnya penjelasan yang disebutkan tadi, maka para masyayikh pun kembali mengupayakan penyelesaian dari munculnya hal-hal yang baru dari kedua belah pihak. Dan sungguh Allah telah memberi kemudahan kepada para masyayikh Ahlus Sunnah bertemu dengan syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali, pada musim haji tahun 1428 H. Dan ziarah tersebut dilakukan di rumah beliau, dan telah dilakukan mudzakarah bersama beliau tentang banyak permasalahan ilmiah dan yang menyangkut dakwah. Dan disinggung pula perkara Syekh Yahya dan Syekh Abdurrahman, dengan kehadiran para masyayikh yang disebutkan tadi, mereka adalah:
Muhammad bin Shalih Ash-Shaumali, Yahya bin Ali Al-Hajuri, Abdullah bin Utsman Adz-Dzamari, Muhammad bin Abdillah Al-Imam, dan Abdul Aziz Al-Bur’i.
Dan pada majelis tersebut terdapat kebaikan yang melapangkan dada-dada Ahlus Sunnah dan menggembirakan mereka, dan kesimpulan dari majelis tersebut setelah terjadinya dialog:
- Bahwa syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri menahan diri dari membicarakan syaikh Abdurrahman, dan syaikh Yahya menyetujui hal tersebut.
- Bahwa syaikh Abdurrahman berlepas diri dari orang-orang yang menjelek-jelekkan syaikh Yahya dan markaz Dammaj. Barangsiapa yang menjelekkannya, maka sesungguhnya dia mengatasnamakan dirinya sendiri, dan tidak mengatasnamakan syaikh Abdurrahman.
Dan telah terbit pula penjelasan yang bersamaan dengan penjelasan ini pada tanggal yang sama, dari syaikh Abdurrahman, sebagai penerapan dari apa yang diminta dari beliau.
Maka dibangun diatas apa yang telah disebutkan, siapa yang membuat keonaran sebagai bentuk perseteruan terhadap Dammaj dan syaikh Yahya, dengan alasan membela syaikh Abdurrahman. Hendaklah dia mengetahui bahwa dia telah berbuat jahat terhadap syaikh Abdurrahman, sebab beliau berlepas diri dari perbuatannya, dan tidak ridha dengan hal tersebut dan pembelaan tersebut memudaratkan dirinya sendiri.
Sebagaimana wajib untuk menghentikan keluarnya selebaran-selebaran dan kaset-kaset, dari para pembela markaz Dammaj, apakah yang berseteru dengan syaikh Abdurrahman, atau berseteru dengan para pembela syaikh Abdurrahman, karena hal tersebut dapat menutup pintu fitnah, insya Allah.
Dan kepada seluruh masyayikh Ahlus Sunnah, termasuk syaikh Yahya dan syaikh Abdurrahman, agar berupaya untuk saling memaafkan dan berdamai, dan menguatkan ukhuwwah diantara para penuntut ilmu, giat dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, berdakwah di jalan Allah, dan beramal shalih.
Semoga Allah memberi taufiq kepada semuanya kepada apa yang dicintai dan diridhai-Nya, shalawat dan salam kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam dan para pengikutnya.
Yang bertanda tangan:
- Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Wushabi
- Syaikh Muhammad bin Shaleh Ash-Shaumali
- Syaikh Bin Abdillah Al-Imam
- Syaikh Abdul Mushawwir Al-‘Arumi
- Syaikh Abdul Aziz bin Yahya Al-Bur’i
- Syaikh Utsman bin Abdillah As-Salimi
- Syaikh Abdullah bin Utsman Adz-Dzamari
(Dikutip dari http://darussalaf.org/stories.php?id=1224. Diterjemahkan oleh al Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi
yang ditranskrip oleh Abdul Wahid bin Hadi Al-Madkhali dari ceramah
Syaikh Rabi’ ibn Haadi al Madkhali http://www.salafiduroos.net/rabeeyamen.mp3. Sumber transkriphttp://www.sahab.net/forums/showthread.php?p=643450)
Sumber: http://www.salafy.or.id/modules/artikel2/artikel.php?id=1314

Selasa, 29 Januari 2013

PERMINTAAN MAAF DAN PERNYATAAN TAUBAT

Bismillah.

Alhamdulillah, ana Abu Hanun, kemarin pada hari Senin tanggal 28 Januari 2013, setelah beberapa tahun yang lalu, kembali dapat datang ke Ma'had Ta'zhim As Sunnah di Rimbo Panjang km 19,9 Pekanbaru-Bangkinang Provinsi Riau dalam rangka meminta maaf kepada ustadz Dzul Akmal.
Ana bertemu langsung dengan  ustadz Dzul Akmal di Masjid ma'had setelah shalat Ashar, lalu ana menyampaikan kepada ustadz Dzul Akmal bahwa ana meminta maaf atas semua kesalahan ana kepada beliau. Ana katakan kepada beliau bahwa ana tidak mau lagi terlibat fitnah, ana mau belajar saja.

Berkaitan hal tersebut, ana bertaubat dari mencela dan menghina para ulama ahlus sunnah seperi Syaikh Ubaid Al Jabiri, Syaikh Abdurahman Mar'i, Syaikh Abdullah Mar'i, Syaikh Muhammad Al Wushobi dan lain-lain serta para asatidz Salafy yang mengikuti para ulama ahlus sunnah dengan baik, antara lain; ustadz Dzul Akmal, ustadz Luqman Ba'abduh, ustadz Dzulkarnaen, dan lain-lain. Untuk itu, ana mohon maaf atas semua kesalahan ana kepada semua Syaikh dan para Asatidz tersebut serta para ikhwah yang pernah ana kirim sms ataupun para ikhwah yang kadang sampai berdebat dengan ana. Dengan ini, ana tidak mau lagi terlibat finah, ana hanya mau belajar manhaj salafus shalih.

Sikap ana mengikuti fatwa Syaikh Robi' bahwa permasalahan Syaikh Yahya dengan Syaikh Abdurrahman Mar'i adalah masalah pribadi bukan masalah manhaj. Dan ana tetap berpegang teguh kepada fatwa Ulama' Ahlus Sunnah Salafy pewaris para Nabi, insyaAllooh. Serta, ana tidak akan mencampuri masalah para asatidz dengan siapapun.

Demikian permintaan maaf dan pernyataan taubat ini ana buat dengan kesadaran penuh tanpa ada paksaan dari siapapun dan semata-mata mengharapkan keridhoan-Nya.













Minggu, 20 Januari 2013

Keutamaan Mengikuti Para Sahabat

Keutamaan Mengikuti Para Sahabat

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Alloh dan Alloh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar."
(QS. At Taubah ayat 100)

Jumat, 04 Januari 2013

Bantu Aku Ketika Sedang Berbuat Zalim


Hadis riwayat Jabir bin Abdullah رضي الله عنه, ia berkata: Dua orang pemuda, yang satu dari golongan Muhajirin dan yang lain dari kaum Ansar, saling berbaku-hantam. Seorang dari kaum Muhajirin berteriak: Wahai kaum Muhajirin! Dan seorang dari Ansar juga berteriak: Wahai orang-orang Ansar! Kemudian keluarlah Rasulullah صلی الله عليه وسلم dan berkata: Ada apa ini? Kenapa harus berteriak dengan seruan jahiliah? Mereka menjawab: Tidak ada apa-apa wahai Rasulullah! Kecuali ada dua pemuda yang berkelahi sehingga seorang dari keduanya memukul tengkuk yang lain. Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: Kalau demikian, tidak apa-apa! Tapi hendaklah seseorang itu menolong saudaranya yang lain baik yang zalim maupun yang dizalimi. Kalau ia berbuat kezaliman hendaklah dicegah karena begitulah cara memberikan pertolongan kepadanya dan apabila dizalimi maka hendaklah ia membelanya. (HR Bukhari-Muslim).

Bantulah saudara kita ketika sedang dizalimi maupun ketika sedang berbuat zalim.

Dalam kacamata umum, melihat/mengetahui ketika saudara kita sedang dizalimi merupakan suatu hal yang mungkin relatif mudah, (terlepas dari apakah nanti bisa membantu/menolongnya dari penindasan/penzaliman).
Namun, hal yang lebih sulit yaitu ketika kita membantu saudara kita ketika ia sedang berbuat zalim. Baik itu menzalimi dirinya sendiri maupun ketika ia sedang menzalimi orang lain.
Terkadang, muncul perasaan tidak enak, merasa sungkan, khawatir tersinggung, takut salah, dll. Padahal, budaya saling mengingatkan itu merupakan bagian dari kaum muslimin semenjak dulu. Bahkan, seharusnya, kita sebagai seorang muslim, meminta dinasihati/diingatkan.
Seorang manusia pasti tidak terlepas dari ke-khilaf-an. Kesempurnaan seorang manusia bukanlah karena ia tidak pernah salah, namun ketika ia menjadi ingat ketika melakukan kesalahan.
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (QS. Al-A’raaf: 201).

Ada beberapa catatan yang mungkin bisa kita lakukan ketika berusaha mengingatkan saudara kita.
• Awali dengan niat yang suci, lurus karena Allah agar saudara kita tersadar dari perbuatan khilafnya, mengingatkan bukan untuk memalukannya, maupun membuatnya merasa terpojok dengan merasa diri sebagai orang yang paling benar dan membuatnya seakan-akan dia adalah manusia yang paling bersalah di dunia ini
• Gunakan hati, karena hati hanya bisa disentuh oleh hati pula. Bukan sekedar kata-kata kering yang meluncur dari lisan yang tidak dibalut cinta, dan bukan berasal dari pribadi yang memiliki rasa sayang kepada sesama saudara
• Sebisa mungkin buatlah peringatan tersebut menjadi sebuah peringatan pribadi, atau diingatkan secara personal, untuk menghindari rasa malu dan juga sifat membela diri secara berlebihan. Namun jika memang diperlukan, sebagai pelajaran bagi saudara-saudaranya yang lain, tidak ada salahnya mengingatkannya secara umum dan terbuka, namun tidak diarahkan langsung ke orang yang bersangkutan.
• Kalau perlu marah, marahlah. Lakukan pada orang yang tepat, diwaktu dan tempat yang tepat, dengan kadar yang tepat, dan karena alasan yang tepat pula.
• Gunakan metode-metode yang mungkin dilakukan, dengan melihat skala dari kezaliman dan kemampuan yang kita miliki. Mencegah kezaliman dengan tangan (kekuasaan, -red), atau mencegahnya dengan lisan atau perkataan (termasuk juga melalui tulisan).
• Bersikap bijaklah dalam memandang suatu permasalahan. Milikilah ilmu dan pandangan yang luas dalam bersikap, karena bisa jadi, peringatan yang kita lakukan malah membuat masalah menjadi semakin besar, atau bisa juga malah menciptakan suatu permasalahan baru. Beberapa hal yang bersifat parsial, cabang maupun tambahan seharusnya tidak lebih diutamakan dari hal-hal yang bersifat pokok dan prinsipil.
• Terakhir, sadari, bahwa setiap insan memiliki potensi untuk berbuat salah, dan terkadang ia/mereka tidak melihat/mengetahui ketika berbuat salah. Bukankah orang yang berada dalam hutan tidak dapat mengetahui gambaran hutan secara keseluruhan. Karena itu, dibutuhkan semangat saling ingat-mengingatkan, bantu-membantu dalam bingkai iman dan rasa cinta karena Allah.

Janganlah ragu tuk membantuku ketika diriku sedang berbuat zalim…
 “… Kalau ia berbuat kezaliman hendaklah dicegah karena begitulah cara memberikan pertolongan kepadanya…”

Syamsul Arifin – Rabu, 14 Muharram 1429 H / 23 Januari 2008 14:46 WIB

(Sumber: http://www.eramuslim.com/oase-iman/bantu-aku-ketika-sedang-berbuat-zalim.htm#.ULIlOdlRr48)